Belakangan ini orang ramai membicarakan tentang cuci otak. Suatu organisasi yang dikatakan ekstrimis dan bersifat radikal dinyatakan telah berhasil melakukannya kepada para mahasiswa yang bahkan mempunyai pendidikan yang baik. Bicara tentang cuci mencuci otak saya ingin ingin memperlihatkan hasil serching di google tentang apa dan maksud dari kata Brainwashing.
Terdapat dua penjelasan kata Brainwashing yang saya dapatkan seperti di bawah ini :
- The application of a concentrated means of persuasion, such as an advertising campaign or repeated suggestion, in order to develop a specific belief or motivation (answer.com)
- Brainwashing, the application of coercive techniques to change the values and beliefs, perceptions and judgments, and subsequent mindsets and behaviors of one or more people, usually for political, financial, personal, or religious purposes (wikipedia)
Saya kemudian berpikir-pikir kalau merujuk kepada definisi yang pertama tentang suatu cara-cara persuasi seperti kampanye iklan ataupun saran-saran yang diulang-ulang untuk membangun suatu kepercayaan atau motivasi, maka bukankah ini sering kita alami sehari-hari ?
Lihat saja apa yang kita terima dari media sehari-hari. Iklan-iklan yang terus menerus dilakukan oleh para marketer membuat kita mampu mengubah persepsi kita tentang sesuatu hal. Misalnya seorang ibu yang merasa masakan belum sedap tanpa bumbu masak tertentu. Seorang pria dewasa yang berasa kurang kreatif atau kurang kebersamaan kalau tidak merokok salah satu merk rokok tertentu. Seorang remaja putri yang merasa kurang putih kalau tidak pake kosmetik tertentu. Ini salah satu keberhasilan “brainwashing” para marketer itu kepada kita para pemirsanya bukan ?
Memang kalau merujuk kepada definisi kedua, yaitu bahwa ada sifat memaksa dalam upaya brainwashing ini, maka hal ini tidak termasuk. Namun kalau dipikir-pikir apakah teman kita yang tergabung di asuransi atau di perusahaan MLM, seringkali juga melakukan tindakan sedikit atau banyak memaksa kita untuk melakukan sesuatu yang dia mau ?
Dasarnya Perubahan Kognitif dan Perilaku
Pada dasarnya baik tujuan politik, agama, finansial ataupun personal, akan terjadi perubahan kognitif dan perilaku pada orang yang mengalami “brainwashing”. UNtuk melakukan “brainwashing” ini seseorang perlu belajar tentang perilaku dan kognitif manusia. Cara-cara psikologis biasanya mempunyai akses untuk memahami ini. Tidak heran para marketer, motivator saat ini banyak yang mempelajari ilmu psikologis dan ilmu perilaku untuk memberikan hasil yang lebih baik pada pekerjaan mereka.
Sayapun dalam kehidupan saya sehari-hari sebagai psikiater melakukan terapi kognitif dan perilaku kepada pasien saya. Perubahan kognitif salah satu contohnya adalah mengubah pandangan pasien bahwa dirinya adalah orang paling malang sedunia. Ini contoh yang rasanya terdengar “dangdut” tapi memang sering dialami oleh pasien-pasien saya. Dengan kemampuan teknik psikoterapi yang saya miliki, saya mem-”brainwashing” pasien agar berpikiran lebih positif terhadap hidupnya. Tentunya dengan memaparkan kondisi yang ada serta menggoyahkan “kepercayaan” pasien bahwa dirinya paling malang sedunia.
Jadi sebenarnya kita semua ini adalah “korban brainwashing” dalam kehidupan kita sehari-hari .