oleh : dr.Andri,SpKJ
Setahun berlalu, pasien saya ini kembali lagi karena keluhannya berulang. Pasien laki-laki usia 40 tahun, seorang manager menengah di sebuah perusahaan asing ternama. Usut punya usut, ternyata kekambuhan gangguan paniknya dipicu adanya suatu peristiwa menyaksikan mertuanya meninggal karena serangan jantung. Kondisi ini tentunya kembali memicu pasien mengalami serangan panik yang sekiranya dianggap oleh dirinya memang sama gejalanya dengan serangan jantung.
Kenapa Bisa Kambuh ?
Kekambuhan pada orang yang mengalami gangguan panik memang cukup besar. Layaknya gangguan depresi yang angka kekambuhannya mencapai 50%, setidaknya gangguan panik juga bisa demikian. Banyak faktor yang dihubungkan dengan kekambuhan gangguan panik ini. Beberapa sebenarnya sangat berhubungan erat faktor biopsikososial yang mendasari berbagai macam gangguan jiwa. Saya akan sedikit membahasnya dari beberapa segi tersebut.
A. Biologi
Serangan panik dihubungkan karena aktifitas sistem saraf di otak yang meningkatkan sistem saraf otonom parasimpatis dan simpatis. Sistem ini menjadi kurang stabil kerjanya dipicu oleh stres yang berkepanjangan dan seringkali tidak disadari oleh pasien. Saya selalu mengatakan kepada pasien bahwa yang terjadi adalah sistem alarm di otak yang salah, di mana ketika serangan panik terjadi biasanya terjadi tiba-tiba dan tidak dipicu oleh sesuatu. Kondisi terpicunya ini disebabkan karena fungsi saraf salah mengartikan signal alarm di otak. Pada dasarnya kita membutuhkan "kecemasan" sebagai bagian dari mekanisme pertahanan tubuh terhadap perubahan atau bahaya yang mengancam, tetapi jika berlebihan maka akan menjadi tidak proporsional dan merusak sistme lainnya.
Pada kondisi pasien yang panik, setelah diobati kondisi ini bisa kembali normal. Sayangnya sering menjadi rusak kembali ketika faktor biologis yang dibetulkan dengan obat saat pengobatan tidak dibarengi dengan upaya untuk manajemen stres. Jadi akhirnya bisa saja kondisi kesalahan sistem alarm ini berulang
B. Psikologis
Kepribadian dan latar belakang psikologis seseorang sangat berhubungan dengan mekanisme pertahanannya terhadap stres. Kepribadian tipe A yang dicirikan dengan sifat buru-buru, sulit menerima penolakan, konsisten, persisten, ingin selalu dituruti kemauannya, ingin selalu dalam kondisi yang dia harapkan adalah beberapa sifat yang erat kaitannya dengan munculnya stres dan rusaknya sistem pertahanan stres di otak. Jika perbaikan sistem di otak dengan obat tidak dibarengi dengan perbaikan daya adaptasi yang berkaitan dengan kepribadian ini, maka hasilnya gaya kepribadian seperti ini bisa memicu dan menimbulkan kerusakan sistem alarm otak kembali.
C. Sosial Lingkungan
Faktor yang berhubungan dengan sosial lingkungan tidak bisa dilepaskan dari kekambuhan pasien serangan panik. Kondisi lingkungan yang penuh stres dan menekan dapat membuat pasien terus-terusan dalam keadaan tertekan dan stres. Hal ini yang bisa memicu ketidakseimbangan sistem saraf di otak yang akhirnya bisa memicu kembali alarm yang salah yang dipersepsikan oleh pasien sebagai serangan panik.
Ketiga faktor di atas sangat penting diperhatikan ketika saya berhadapan dengan pasien gangguan panik. Bukan hanya pemberian obat tetapi juga manajemen stres dan langkah-langkah perbaikan atau modifikasi lingkungan sosial. Satu hal yang paling penting terkadang persepsi stres pasien juga sangat memegang peranan. Kondisi stres psikis lebih sering berhubungan dengan persepsi, untuk itulah melatih diri dengan berpikir lebih positif adalah cara yang sangat disarankan untuk terus dilatih.
Semoga bermanfaat.
Salam Sehat Jiwa