Minggu, 27 April 2014
Kamis, 10 April 2014
Anda Insomnia, Hati-Hati Gangguan Jiwa Mendekat!
Anda Insomnia, Hati-Hati Gangguan Jiwa Mendekat!
Oleh : dr.Andri,SpKJ,FAPM (Psikiater, Psychosomatic Medicine
Specialist RS OMNI Alam SUtera, Tangerang Selatan)
Kasus insomnia atau kesulitan tidur adalah kasus gangguan
kejiwaan yang paling banyak dikeluhkan pasien baik di pelayanan primer ataupun
di pelayanan spesialistik. Tidak heran sejak dibuatnya Standar Kompetensi
Dokter Indonesia (SKDI), insomnia termasuk dalam kategori kompetensi atau
kemampuan yang harus bisa ditangani oleh seorang dokter umum.
Sayangnya banyak masalah insomnia tidak sesederhana yang
dikira. Pasien yang mengalami gangguan tidur itu ternyata di belakangnya banyak
menyimpan masalah gangguan jiwa yang lebih berat, paling sering adalah depresi
dan gangguan kecemasan. Untuk bisa memahami lebih jauh tentang gangguan tidur
ini maka di bawah ini saya tampilkan kasus yang mungkin bisa mewakili beberapa
karakter gangguan tidur yang sering dikeluhkan pasien.
Kasus 1. Insomnia
pada Depresi
Pasien seorang wanita 45 tahun dengan keluhan rasa putus asa
dan tidak ada gairah hidup lagi. Pasien mengalami masalah dengan usahanya dan
terlibat dengan kasus hukum perdata yang belum bisa diselesaikan dengan baik
sampai saat ini. Gejala seperti mudah lelah, tidak bergairah, suka melamun
mulai datang ketika masalah sudah berjalan sebulan. Kondisi mirip depresi ini
kemudian diperberat dengan kesulitan tidur yang dialami pasien. Pasien bisa
tertidur tetapi terbangun lebih awal pada dini hari dan tidak bisa tidur
kembali. Setelah 3 bulan mengalami masalah ini dan tidak bisa mengatasi sendiri
dengan terapi sendiri (pasien menggunakan obat batuk dan paracetamol untuk
membantu tidur), akhirnya pasien berkunjung ke saya di Klinik Psikosomatik RS
OMNI Alam Sutera. Diagnosis pasien ditegakkan sebagai Depresi Mayor. Pengobatan
dengan antidepresan yang adekuat dan bantuan obat anti insomnia dosis ringan
diberikan kepada pasien. Awal sebulan pertama perubahan belum banyak terjadi
namun memasuki bulan kedua gejala depresi membaik dan gejala tidur sudah
kembali normal. Pasien meneruskan pengobatan antidepresannya namun sudah tidak
lagi menggunakan obat anti insomnia.
Kasus 2. Insomnia
pada Gangguan Kecemasan
Kasus ini paling banyak ditemukan di Klinik Psikosomatik RS
OMNI Alam SUtera tempat saya bekerja. Pasien dengan keluhan kesulitan tidur sering
didapatkan pada pasien-pasien gangguan kecemasan. Bedanya pasien gangguan tidur
pada gangguan cemas lebih sering mengeluh sulitnya tidur sedangkan pada pasien
depresi lebih mengeluh pada kualitas tidur yang buruk dan pendeknya waktu
tidur. Pasien gangguan kecemasan yang mengeluh sulit tidur biasanya bahkan
mengatakan tidurnya baru bisa setelah jam 4 pagi sehingga kualitas hidup
terganggu sekali. Karakter tidur yang sering dikatakan pada pasien cemas memang
sulit memulai tidur.
Obati Kondisi Dasar
Kasus insomnia merupakan kasus yang paling sering dialami
oleh pasien gangguan jiwa. Apapun dasar diagnosis pasien, banyak masalah
gangguan tidur sebenarnya didasari oleh masalah kejiwaan seseorang. Walaupun sebagai
seorang dokter kita harus menyingkirkan adanya bermacam gejala gangguan tidur
yang disebabkan oleh penyakit medis (jantung, diabetes,prostat, kanker), pada
prakteknya kasus insomnia lebih sering terkait gangguan kejiwaan.
Selain harus mengatasi kondisi dasarnya, pasien gangguan
tidur sering kali harus diubah pola tidurnya juga. Sering didapatkan masalah
gangguan tidur yang dialami pasien berkaitan dengan masalah yang terkait tidak
teraturnya pola tidur terutama pada pasien anak muda yang sering begadang lewat
tengah malam. Masalah yang seperti ini harusnya ditangani secara berbarengan dengan
mengatur pola tidur yang sering kali kacau tersebut.
Penggunaan obat tidur saja untuk membantu pasien insomnia
atau gangguan tidur lainnya sering kali dibutuhkan untuk pasien ini. Namun jangan
pernah lupa bahwa pengobatan insomnia yang didasari oleh gangguan kejiwaan
tidak cukup hanya dengan obat anti insomnia. Penggunaan obat anti insomnia
sendiri tanpa mengobati gangguan dasarnya malah akan membuat penggunaan obat
anti insomnia berlangsung lama dan malahan punya potensi ketergantungan.
Kunjungi dokter psikiater jika gangguan tidur sudah berlangsung lebih dari sebulan dan dokter pelayanan primer anda belum memberikan solusi yang tepat untuk mengatasi insomnia anda. Jangan bergantung pada pengobatan sendiri apalagi sampai membeli obat anti insomnia golongan benzodiazepine (alprazolam,diazepam,estazolam,lorazepam) dan menggunakannya sendiri tanpa pengawasan psikiater. Hati-hati karena sering kali masalah ketergantungan obat penenang ini diawali oleh penggunaan yang salah dan berlebihan di awal terapi. Semoga artikel ini bermanfaat. Salam Sehat Jiwa
Langganan:
Postingan (Atom)