Jangan Biarkan Sulit Tidur
Mengganggu Hidup Kita, Obati Segera!
Pagi tadi saya mendapatkan BBM
dari pasien saya yang berasal dari salah satu daerah di Jawa Tengah. Dia
mengatakan bahwa sudah 25 hari ini dia bisa tidur tanpa obat sama sekali. Saya
tentunya senang mendengar kabar yang menggembirakan ini. Hasil pengobatan sejak
Maret 2014 akhirnya mendapatkan akhir yang menggembirakan. Saya sedikit akan
menceritakan kisah pasien pada artikel di bawah ini.
Pasien seorang wanita usia 30an,
menikah dan telah mempunyai putra. Waktu pertama kali datang ke Klinik
Psikosomatik RS OMNI pasien mengeluhkan kesulitan tidur yang sudah terjadi
beberapa bulan. Pasien telah ke dokter spesialis non-psikiatri sebelumnya dan
diberikan alprazolam. Karena kekhawatiran akan ketergantungan pasien akhirnya
mencoba mencari beberapa artikel terkait dengan alprazolam. Pasien akhirnya
membaca salah satu tulisan saya tentang peran alprazolam dalam pengobatan yang
sering kali salah alamat. Tulisan itu yang akhirnya membawa pasien ke klinik
saya.
Dalam wawancara psikiatrik yang
dilakukan saat itu terlihat bahwa keluhan sulit tidur pasien adalah kesulitan
memulai tidur (inisiasi tidur). Lebih jauh pasien mengatakan selama ini memang
sering kali tidurnya tidak mengikuti pola yang teratur. Kadang bisa sampai pagi
tidak tidur karena ada urusan atau kesibukan di malam hingga dini hari.
Saat gangguan tidur yang
berhubungan dengan pola perilaku tidur dan kesulitan memulai tidur, saya
biasanya menggunakan antidepresan tertentu yang mempunyai efek untuk
memperbaiki irama sirkadian tidur sekaligus mempunyai efek anticemas dan
antidepresi. Selain itu antiinsomnia golongan non- benzodiazepine biasanya
dipilih untuk mengatasi masalah kesulitan mulainya tidur.
Terapi dengan cara seperti ini
tentunya tidak langsung mendapatkan hasil segera. Pasien memulai terapi bulan
Maret 2014. Setelah dua bulan memakai antidepresan dan antiinsomnia secara berbarengan,
akhirnya pasien bisa melepaskan antiinsomnianya dan hanya menggunakan
antidepresan saja. Selanjutnya antidepresan dikurangi setengahnya sampai
akhirnya pasien bisa tidur tanpa obat sama sekali di awal Agustus. Itu artinya
butuh sekitar 5 bulan untuk terapi sulit tidur ini.
Obati Dasar Insomnianya
Dalam keseharian praktek saya
sering mendapatkan kasus-kasus seperti cerita pasien di atas. Pasien biasanya
pernah mencoba menggunakan obat anti insomnia baik yang dibeli sendiri atau
dengan petunjuk dokter. Sayangnya sering kali pasien dan kebanyakan dokter
non-psikiater hanya fokus pada bagaimana bisa mendapatkan tidurnya segera tanpa
memikirkan apa dasar sulit tidurnya tersebut.
Inilah yang membuat kebanyakan
kasus sulit tidur lebih mengutamakan penggunaan antiinsomnia golongan
benzodiazepine yang biasanya bersifat hipnotik (membuat tidur) dan sedative
(meredakan cemas). Pada beberapa kasus memang kadang diperlukan demikian tapi
sebisa mungkin jangan menggunakan antiinsomnia yang bekerja pendek tapi
usahakan menggunakan antiinsomnia yang bekerja panjang. Pemilihan obat
antiinsomnia ini tentunya akan lebih mudah jika pasien berobat ke psikiater
untuk gangguan tidurnya.
Jangan pernah lupa bahwa gangguan
tidur biasanya merupakan manifestasi gangguan jiwa yang banyak jenisnya. Gangguan
depresi, gangguan bipolar, gangguan cemas, demensia, skizofrenia, masalah
penggunaan zat adalah beberapa masalah gangguan jiwa yang mempunyai gejala
sulit tidur. Tanpa mengobati dasar gangguan tidurnya, maka biasanya hasil yang
didapatkan saat terapi kurang baik. Apalagi jika hanya mengandalkan pengobatan
untuk gejala sulit tidurnya saja tanpa memperhatikan masalah dasar gangguan
jiwanya.
Hal penting adalah praktisi
kesehatan harus mempunyai dasar ilmu yang baik untuk mengobati kesulitan tidur
pada pasien. Jangan mudah memberikan obat yang sebenarnya tidak ditujukan untuk
pengobatan sulit tidur. Kebanyakan dokter mengenal alprazolam sebagai obat
untuk tidur yang poten. Sayangnya sebenarnya obat alprazolam lebih ditujukan
untuk pengobatan gangguan cemas khususnya gangguan panik. Pengunaannya pun
biasanya tidak boleh melebihi 4 minggu. Jika digunakan lebih dari itu, pasien
harus dalam pengawasan dokter ahli dalam hal ini psikiater yang akan mengawasi
ketat agar tidak terjadi ketergantungan dan toleransi obat.
Orang dengan gangguan tidur juga
jangan sembarangan meminum obat tanpa pengawasan dokter. Banyak ditemukan dalam
praktek pasien mencoba-coba anti insomnia yang diberikan oleh temannya. Padahal
tiap kasus gangguan tidur itu tidak sama untuk setiap orang. Berkunjunglah ke
dokter jika mengalami masalah tidur yang mengganggu fungsi pribadi dan sosial. Jika
ke dokter umum tidak bisa memberikan solusi yang baik, mungkin ada baiknya berobat
ke dokter jiwa/psikiater. Semoga tulisan ini berguna. Salam Sehat Jiwa.