Sadar Psikosomatik via Media Sosial
Berforto bersama peserta para Profesor dari Jepang setelah presentasi di World Congress of Psychosomatic Medicine di Glasgow 21 Agustus 2015 (dok.pribadi)
oleh : dr.Andri,SpKJ,FAPM (Psikiater, Psychosomatic Medicine Specialist, Fellow of Academy of Psychosomatic Medicine (USA) )
Saya baru saja kembali ke kampus dan praktek setelah mengikuti World Congress of Psychosomatic Medicine yang ke-23 di Glasgow, Skotlandia. Pada acara tersebut saya diundang untuk mempresentasikan tentang apa yang selama ini saya lakukan di Indonesia berkaitan dengan penyebaran informasi untuk peningkatan kesadaran masyarakat tentang masalah psikosomatik.
Saya merasa beruntung bisa menjadi wakil Indonesia di forum ini. Ini merupakan kali kedua saya menghadiri acara kongres psikosomatik tingkat dunia sejak yang terakhir saya hadiri pertama kali di Seoul, Korea Selatan tahun 2011. Pada kesempatan tahun ini pula saya beruntung karena diminta untuk melakukan presentasi di salah satu simposium utama. Ini merupakan pencapaian tersendiri setelah terakhir mengikuti acara ini saya berkesempatan presentasi di poster. Tapi pada kesempatan kali ini pun selain saya melakukan presentasi di simposium, saya juga masih melakukan presentasi poster. Hal ini karena saya berpikir sayang sekali sudah jauh-jauh datang kalau tidak memaksimalkan apa yang kita bisa lakukan di kongres tingkat dunia ini.
Saya menjadi salah satu wakil dari dua orang dokter Indonesia yang pergi ke kongres ini. Tidak banyak memang dokter yang berminat di bidang ini walaupun kasus-kasus psikosomatik sangat banyak terjadi di praktek umum sehari-hari. Saya sendiri sudah menyebarkan informasi terkait dengan psikosomatik sejak tahun 2009 dan mulai intensif sejak 2010 sepulang dari Amerika Serikat mengikuti course di American Psychosomatic Society yang saat itu dilaksanakan di Portland, Oregon. Saya memang memilih menyebarkan informasi lewat internet via blog (termasuk Kompasiana) dan media sosial. Media sosial sendiri mempunyai arti yang sangat besar di Indonesia. Facebook di Indonesia merupakan media sosial yang paling banyak dipakai dengan 62 juta pengguna menurut survei tahun 2014. Twitter menempati tempat kedua dengan 20 juta pengguna aktif (dari 29 juta pengguna yang memiliki akun twitter). Indonesia pun dikenal sebagai salah satu negara "terbawel" di Twitter dengan sering kali menyumbang trending topic di lini masa Twitter. Kondisi ini membuat saya melihat adanya kesempatan untuk menyebarkan informasi terkait dengan psikosomatik melalui media sosial.
Sampai saat ini sudah ada sekitar 16.300 follower saya di twitter dengan akun @mbahndi dan ada 5000 teman dan 1875 follower di Facebook. Jumlah ini menurut saya cukup punya arti untuk bisa menyebarkan kesadaran akan psikosomatik. Posting di lini masa yang bersifat pribadi tetap ada tetapi memang kebanyakan saya lebih fokus dalam menyebarkan informasi terkait psikosomatik kepada para followers saya. Hal inilah yang akhirnya menarik minat panitia dan kemudian meminta saya untuk menjadi pembicara berkaitan dengan bagaimana membangun kesadaran publik tentang psikosomatik.
Saat presentasi kemarin, moderator Prof Singh dari Kanada memberikan komentar bahwa membangun kesadaran tentang masalah psikosomatik sangat baik dilakukan karena masyarakat saat ini sangat tergantung dengan informasi dari internet. Sayangnya sering kali informasi di internet tidak memberikan informasi yang baik atau sulit dimengerti oleh pembacanya. Ada pula masalah pasien yang sering kali mendiagnosis dirinya sendiri hanya bermodalkan artikel dari internet. Hal ini yang menyebabkan adanya kebutuhan informasi yang terpercaya dan kalau bisa datang dari seorang yang memang sehari-sehari berkutat di bidang ini.
Saya berharap ke depan akan banyak penelitian berkaitan dengan peran media sosial dalam menyebarkan informasi terkait psikosomatik. Tentunya juga didukung oleh penelitian yang lebih mendalam tentang hal ini.
Bersama Dr Mike Gow ketua panitia WCPM
Berdiri di depan poster yang dipresentasikan juga di WCPM 2015 Glasgow