oleh : dr.Andri,SpKJ,FAPM (Psikiater Klinik Psikosomatik OMNI Hopital Alam Sutera)
Kemarin 21/08/2016 saya baru saja memberikan presentasi saya berkaitan dengan Gejala Fisik pada Pasien Depresi di salah satu simposium di Asian College of Psychosomatic Medicine di Fukuoka, Jepang. Saya memilih tema ini berkaitan dengan latar belakang saya sebagai seorang psikiater yang mempunyai pengalaman klinis yang banyak pada pasien-pasien dengan keluhan fisik terutama sekali yang berkaitan dengan gangguan cemas dan depresi. Simposium saya ini bertema Depression and Somatization diisi oleh tiga pembicara yaitu dari Jepang, Mongolia dan saya sendiri dari Indonesia.
Saya sendiri mempresentasikan survei yang saya lakukan mulai tahun lalu berkaitan dengan masalah fisik pada pasien dengan gangguan cemas dan depresi. Gangguan depresi dan cemas sendiri lebih banyak kita temukan pada pasien di pelayanan primer. Pasien dengan gangguan fisik tentunya tidak banyak datang langsung ke psikiater walaupun sebenarnya gejala dan keluhannya tersebut didasari oleh gangguan psikologis. Orang biasa menyebutnya sebagai gejala psikosomatik sedangkan para ahli di kedokteran jiwa menyebutnya sebagai gejala somatik.
Hasil survey yang saya paparkan kemarin memang ternyata tidak jauh berbeda dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya di bidang psikosomatik. Penelitian sebelumnya kebanyakan mengatakan keluhan yang paling sering didasari oleh gangguan depresi dan cemas adalah gejala nyeri (pain), jantung berdebar (palpitasi), gejala lambung dan kelelahan (fatigue). Inilah gejala yang bisa membuat orang mengalami masalah dalam kehidupannya karena mereka sering menjadi bingung sendiri apalagi jika tidak ditemukan adanya masalah terkait dengan keluhan atau gejala tersebut. Hasil survey di Indonesia yang saya lakukan juga demikian. Tiga terbesar keluhan yang paling sering dialami pasien adalah gejala jantung berdebar, nyeri (pain) dan kelelahan (fatigue). Nomor empat disusul oleh gejala gangguan lambung. Sekiranya penelitian yang dilakukan secara sederhana ini juga memberikan hal yang sama tentang masalah terkait gangguan psikosomatik di Indonesia.
Saya berharap hasil penelitian kecil ini bisa untuk menjadi dasar penentuan diagnosis sehari-hari dokter di pelayanan klinis. Pasien dengan keluhan fisik yang sering berpindah dan berkaitan dengan masalah emosional baik disadari maupun tidak ada baiknya untuk bisa dipikirkan adanya kemungkinan masalah depresi dan cemas jika dasar fisiologis atau medis fisik dari gejalanya tersebut tidak jelas. Beberapa penelitian telah mengatakan semakin banyak gejala fisik yang dikeluhkan pasien maka semakin tinggi kemungkinannya untuk mengalami depresi.
Semoga tulisan ini bermanfaat. Sampai berjumpa dua hari lagi di Semarang dalam Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI). Saya di sana akan presentasi dalam dua topik simposium berkaitan dengan gangguan cemas dan gangguan tidur. Sampai di laporan berikutnya. Salam Sehat Jiwa
|
Saat presentasi di salah satu simposium ACPM 2016 Fukuoka (dok.Pribadi) |
|
Bersama para pembicara dan faculty member of ACPM 2016 (dok Pribadi) |