Oleh : Dr.Andri,SpKJ
Psikiater Bidang Psikosomatik Medis
Sejak mengkhususkan diri dalam menangani pasien-pasien dengan keluhan
Psikosomatik, saya lebih banyak menangani pasien dengan keluhan-keluhan
fisik terutama yang berkaitan dengan keluhan jantung, paru dan sistem
pencernaan. Keluhan jantung berdebar, sesak napas, merasa lambung penuh
dan kembung adalah keluhan-keluhan yang sering dialami pasien yang
berkunjung di klinik psikosomatik tempat saya berpraktek.
Belakangan ini makin banyak datang pasien dengan keluhan lambung yang
didiagnosis sebagai GERD (GastroEsophageal Reflux disorder) oleh dokter
penyakit dalam yang juga datang ke tempat praktek saya. Apa hubungan
GERD dengan gangguan jiwa terutama gangguan cemas panik? Hal ini akan
saya jelaskan dalam pembahasan di bawah ini.
Asam Lambung Yang Naik
Gastroesophageal reflux disease
(GERD) atau bila diterjemahkan secara harafiah disebut sebagai penyakit
lambung karena refluks asam lambung adalah masalah kesehatan umum yang
menyebabkan perasaan terbakar di dada (dikenal istilah heartburn) dan
regurgitasi asam lambung dari perut.
Jika kita makan, maka untuk mencerna makanan yang kita makan, perut kita akan diisi dengan asam lambung. Selama asam lambung itu tetap di perut dan melakukan tugasnya, tidak ada masalah. Tapi, ketika asam ini naik ke kerongkongan, kita akan mengalami gejala-gejala sakit maag. Apalagi jika
asam ini termuntahkan ke kerongkongan, kita mungkin mengalami rasa
terbakar di tenggorokan dan rasa yang sangat tidak menyenangkan di
mulut kita.
Apa Penyebab GERD?
Kerongkongan adalah laksana saluran tabung otot yang menghubungkan mulut ke perut. Lower esophageal sphincter (LES) adalah sebuah cincin otot yang menutup “pintu” lambung dari kerongkongan ketika kita tidak makan. Ketika kita makan, otot ini akan mengendur untuk memungkinkan makanan masuk dari kerongkongan ke perut. LES kemudian menutup lagi sehingga makanan di perut tidak akan kembali ke kerongkongan. Pada kondisi GERD, LES tidak berfungsi dengan baik untuk mencegah naiknya asam lambung.
Kecemasan dan Depresi Tingkatkan Risiko Mengembangkan GERD
Penelitian yang telah dilakukan, baik kecemasan dan depresi
berhubungan dengan risiko dua sampai empat kali lipat dari penyakit
GERD. Beberapa peneliti percaya bahwa bahan kimia otak
yang disebut cholecystokinin (CCK), yang telah dikaitkan dengan panik
dan gangguan pencernaan, mungkin memainkan peran dalam timbulnya GERD
pada orang dengan gangguan kecemasan. Faktor lain yang
memungkinkan dan berkontribusi adalah ketika orang cemas mereka
cenderung memicu atau memperburuk refluks asam lambung ke kerongkongan.
Apa yang bisa dilakukan ?
Pendekatan konsep biopsikososial pada kondisi medis umum adalah yang
terbaik. Ini berarti bahwa pasien GERD selain perlu ditangani masalah
fisik medis yang terkait dengan refluks asam lambung juga perlu
mendapatkan penanganan kondisi cemasnya yang sering berkaitan dengan
gangguan cemas panik dan depresi. Dalam praktek sering saya menemukan
ketika kondisi cemas paniknya teratasi dengan baik, maka keluhan
lambungnya bisa jauh berkurang bahkan baik sama sekali. Tata laksana
yang tepat dan menyeluruh perlu dilakukan mengingat jika tidak
diobati, refluks asam lambung dapat menyebabkan peradangan lapisan
esofagus yang akan mengakibatkan kesulitan menelan, nyeri dada kronis,
dan bahkan dapat menyebabkan kanker kerongkongan.
Seperti diungkapkan di atas bahwa cemas dan depresi bisa memperberat
penyakit GERD sampai beberapa kali lipat, maka ada baiknya penanganan
pasien dengan gangguan GERD yang juga mengalami kondisi kecemasan tinggi
baik akibat latar belakang psikologisnya ataupun karena memikirkan
penyakitnya perlu ditangani kondisi kesehatan jiwanya. Hal ini
diupayakan agar mendapatkan hasil yang maksimal dalam penyembuhan
kasus-kasus penyakit GERD.
Semoga informasi ini bermanfaat
Salam Sehat Jiwa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar