Oleh : Dr.Andri,SpKJ
Psikiater
Selama menangani pasien-pasien dengan keluhan psikosomatik yang datang
ke klinik saya, saya sering mendapati dasar diagnosis dari pasien-pasien
dengan keluhan-keluhan fisik yang tidak jelas ini adalah gangguan cemas
dan depresi. Hal lain yang saya amati adalah perempuan lebih sering
mengalami depresi daripada cemas. Jika memang ada gejala cemasnya juga
biasanya pasien mengalami keluhan-keluhan depresi yang lebih dominan.
Hal ini tentunya bukan hal yang baru di dunia psikiatri. Perempuan
memang lebih sering mengalami depresi dibandingkan dengan pria menurut
berbagai penelitian yang telah dibuat. Banyak faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap hal ini telah diungkapkan, namun rata-rata
penelitian itu berbasis di komunitas negara-negara barat.
Saya mencoba menelaah dan memilah-milah sekiranya apa yang membuat
perempuan Indonesia yang datang ke praktek lebih banyak mengalami
depresi daripada gangguan kecemasan.
1. Hormonal
Sama seperti pada penelitian barat, perempuan Indonesia beberapa juga
sangat terganggu dengan siklus hormonal bulanan yang sering juga
berbarengan timbulnya dengan perubahan mood atau suasana perasaan yang
tidak nyaman. Mereka biasanya mengalami kondisi tidak nyaman menjelang
menstruasi dan selama menstruasi. Secara statistik memang perempuan di
masa kehidupannya sejak fase pertama kali mens (menarche) sampai nanti
setelah menopause akan cukup sering berkaitan dengan masalah mood
terkait dengan fluktuatif hormonal.
2. Tuntutan Peran
Peran perempuan apalagi yang menikah sangat kompleks. Perempuan harus
menjadi istri, ibu buat anaknya dan bahkan kadang "ibu" buat suaminya
juga, juga seringkali menjadi orang yang diharapkan oleh keluarga
perempuan untuk membantu. Kompleksitas peran ini membuat perempuan
rentan stres. Apalagi jika ditambah dengan keinginan tetap
mengaktualisasikaan diri yang malah seringkali terhambat. Penerimaan
terhadap peran dan tuntutan di dalamnya yang bisa membantu perempuan
mengatasi permasalahannya.
3. Konflik Rumah Tangga
Banyak kasus yang saya tangani terkait dengan konflik rumah tangga dan
yang paling sering adalah perselingkuhan suami. Terkadang hal ini
ditambah dengan sikap sebagian masyarakat di sekitar lingkungan
perempuan itu yang "memaklumi" perselingkuhan suami. Ini semakin menjadi
beban yang berat untuk perempuan yang merasa diperlakukan tidak adil.
4. Anak bermasalah
Anak seringkali menjadi pemicu stres orang tua terutama ibu. Perempuan
dalam rumah tangga seringkali diberikan tugas lebih banyak dalam
mengurus anak dan ini membuatnya seringkali lebih rentan terhadap stres
terutama dalam menghadapi anak-anaknya yang bermasalah. Peran suami
dalam kondisi ini diharapkan dapat lebih membantu sehingga peran ibu
menjadi lebih mudah.
Demikian sedikit hasil telaah saya terhadap kasus-kasus yang sering
dialami perempuan yang mengalami depresi. Faktor-faktor lain mungkin
saja terdapat dan mungkin menjadi faktor yang dominan buat masing-masing
perempuan.
Berempatilah dengan perempuan Indonesia !
Salam Sehat Jiwa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar