Nyeri
Dada Pada Pasien Gangguan Panik
Oleh : dr.Andri,SpKJ,FAPM (Psikiater, Fellow
of Academy of Psychosomatic Medicine)
Klinik Psikosomatik RS
OMNI Alam Sutera ( Http://psikosomatik-omni.blogspot.com
)
Seorang laki-laki usia
35 tahun dengan keluhan nyeri dada yang sudah dialami berulang dan dalam kurun
waktu 6 bulan belakangan ini. Pasien sering kali menuju IGD ketika kondisi
nyeri dadanya terjadi namun sering kali pula tidak mendapatkan hasil
pemeriksaan yang mengarah ke sakit jantung yang ditakuti pasien. Nyeri dada ini
terjadi disertai dengan perasaan cemas yang sangat dan jantung berdebar-debar
serta perasaan ingin muntah. Dokter IGD sering kali mengatakan bahwa keluhan
pasien ini akibat lambungnya walaupun pemeriksaan lambung (endoskopi dan
kolonoskopi telah dilakukan dan hasilnya baik) tidak menyatakan adanya
kelainan. Pasien juga sudah melakukan ekokardiografi dan pemeriksaan treadmill
namun hasilnya baik-baik saja dan tidak ditemukan tanda-tanda iskemik
(penyempitan pembuluh darah jantung atau tersumbatnya pembuluh darah tersebut).
Pasien meminta dokter melakukan MSCT dan hasilnya baik (Calcium Score normal).
Pasien sudah berkunjung ke banyak dokter untuk mengkonfirmasi penyakitnya namun
tidak ada dokter yang mengatakan adanya masalah pada jantung pasien.
Nyeri dada dan Ganguan Panik
Nyeri dada adalah salah satu tanda dan gejala
serangan panik yang paling ditakuti oleh pasien-pasien yang menderita gangguan
panik. Nyeri dada membuat pikiran orang yang mengalaminya mengarah kepada suatu
masalah gangguan jantung yang mematikan. Nyeri dada pada kasus gangguan panik
sangat sering terjadi dan membuat peningkatan biaya kesehatan yang signifikan
dan pemeriksaan serta terapi yang tidak pada tempatnya.
Pasien dengan nyeri
dada dengan atau tanpa masalah jantung memiliki cara yang mirip dalam mengatasi
masalahnya yaitu penggunaan fasilitas
gawat darurat berulang. Akan tetapi pasien dengan masalah nyeri dada tanpa
masalah jantung seperti yang terjadi pada pasien gangguan panik pada banyak
penelitian ternyata lebih sering menggunakan fasilitas gawat darurat. Hal ini
dimungkinkan karena pasien gangguan panik memiliki kecemasan yang lebih dominan
terhadap gejala fisik yang terjadi pada dirinya dibandingkan pasien jantung
sendiri.
Pemeriksaan yang
mengkonfirmasi bahwa nyeri dada yang dialami oleh pasien bukanlah gangguan
jantung ternyata tidak bermakna membuat pasien menghilangkan kebiasaannya
memeriksakan diri berulang. Hal ini dikarenakan keluhan nyeri dadanya ternyata
sering berulang dan hal ini membuatnya terganggu kualitas hidupnya. Penelitian
mengatakan 35% pasien yang mengalami nyeri dada namun tidak mengalami masalah
jantung tetap mengurangi aktifitas fisiknya dan menganggap bahwa nyeri dadanya
tersebut berbahaya.
Karakteristik Nyeri Dada Pada Gangguan Panik
Pasien dengan gangguan
panik yang mengalami nyeri dada sering kali dianggap mengalami nyeri dada yang
tidak berhubungan dengan jantung (atypical chest pain atau atypical angina).
Walaupun demikian ada pula gejala gangguan panik yang mirip gejalanya dengan typical
angina. Nyeri dada pada kasus jantung biasanya dikarakteristikan dengan
rasa nyeri atau tertekan di substernal atau di daerah jantung dan diakibatkan
karena aktifitas fisik dan menghilang dengan istirahat. Sedangkan pada gangguan
panik tidak berhubungan dengan aktifitas fisik, ada perasaan tidak nyaman di
lambung, berhubungan kadang dengan asupan makan, ada rasa cemas yang tiba-tiba
muncul, sering terjadi di malam hari dan lokasinya di dinding otot dada sebelah
kanan.
Mekanisme Nyeri Dada Pada Gangguan Panik
Berbagai penelitian
telah mengungkapkan bahwa gejala nyeri dada terjadi pada lebih dari 78% kasus
gangguan panik. Nyeri dada pada gangguan panik disebabkan karena aktifitas
abnormal dinding dada dan esophagus. Itulah yang sering membuat diagnosis pasien
nyeri dada adalah gangguan lambung seperti GERD walaupun lebih sering pasien
GERD mengeluh Heart Burn daripada
Nyeri Dada.
Beberapa sumber
mengatakan bahwa kondisi iskemia atau tersumbatnya pembuluh darah di jantung
mungkin terjadi pada pasien yang mengalami nyeri dada karena serangan panik,
namun demikian hal tersebut berlangsung reversible atau dapat kembali normal.
Penurunan variabilitas denyut jantung (heart rate variability) dan microvascular angina mungkin bisa
menjadi penyebab terjadinya nyeri dada pada pasien yang mengalami serangan panik.
Hal ini diakibatkan karena hiperventilasi, denyut jantung yang meningkat
(takikardia) dan peningkatan enzim katekolamin pada pasien yang mengalami
gangguan panik.
Konsekuensi Dari Nyeri Dada Pada Gangguan Panik
Pasien dengan gangguan
panik rentan terhadap tanda-tanda dan gejala fisik tubuhnya. Pasien nyeri dada yang
mengalami gangguan panik pada penelitian ketika dibandingkan dengan populasi
normal yang mengalami nyeri dada juga, diketemukan pasien gangguan panik ternyata
lebih perhatian pada nyerinya, lebih meyakini dirinya mengalami penyakit
jantung tertentu dan lebih takut kepada penyakit dan kematian dibandingkan
dengan populasi normal.
Akibatnya pasien
gangguan panik yang mengalami nyeri dada lebih akan sering menggunakan
fasilitas kesehatan dan mengeluarkan lebih banyak dana untuk mengkonfirmasi
nyeri dadanya tersebut. Bahkan pada pasien yang benar mengalami gangguan
jantung dan juga mengalami serangan panik, ternyata nyeri dada yang dialami
pasien seperti ini lebih disebabkan karena serangan paniknya.
Pasien gangguan panik
juga ketika serangan paniknya datang mengalami peningkatan aktifitas dinding
otot dada yang berlebihan yang mengakibatkan naiknya kadar karbondioksida tubuh
yang menyebabkan pikiran ketakutan muncul.
Hal ini yang membuat pasien gangguan panik yang mengalami nyeri dada
segera mencari pertolongan.
Apa yang harus dilakukan?
Pemeriksaan jantung
secara menyeluruh bisa dilakukan untuk menghindari adanya masalah jantung yang
tidak terdeteksi pada pasien yang mengalami nyeri dada. Pemeriksaan EKG, EKG treadmill
dan Echocradiografi bisa dilakukan untuk mengkonfirmasi datangnya nyeri dada
tersebut. Pada treadmill biasanya akan diketahui apakah ada penyumbatan
(iskemik) pada pasien yang mengalami nyeri dada tersebut. Pasien juga perlu
mengkonfirmasikan hasilnya dengan dokter jantung yang akan menunjukkan masalah
yang terjadi pada pasien, termasuk juga jika tidak ada masalah yang mendasari
nyerinya.
Pasien gangguan cemas
terutama gangguan panik memang sering
kali tidak mempercayai hasil pemeriksaan jantung yang menyatakan dirinya
normal. Pasien sering kali menghabiskan banyak dana untuk melakukan pemeriksaan
berulang dan tidak akan berhenti sampai dirinya merasa yakin tidak ada apa-apa.
Sayangnya hal ini sering kali tidak terjadi jika masalah dasarnya yaitu
gangguan paniknya belum teratasi.
Konsultasi dengan
psikiater yang memahami masalah ini akan sangat membantu. Dokter jantung juga
bisa memberikan informasi terkait hal ini dengan meyakinkan pasien bahwa
masalah nyeri dadanya bukanlah yang berhubungan dengan jantung dan merujuk
pasien ke psikiater untuk mengatasi gangguan
paniknya. Hal ini tentunya untuk kualitas hidup pasien yang lebih baik
dan mengurangi biaya yang tidak perlu. Semoga tulisan ini bermanfaat. Salam
Sehat Jiwa.
Sumber Referensi Utama
:
David Katerndahl. Chest
Pain and Its Importance in Patients with Panic Disorder : An Updated Literature
Review. Primary Care Companion. J Clinical Psychiatry 2008:10(5)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar