Tidak Menikmati Hobi Lagi? Hati-hati Depresi !
Oleh : dr.Andri,SpKJ,FAPM (Psikiater, Fellow of Academy of Psychosomatic Medicine)
Belum seminggu saya pulang dari Paris untuk mengikuti International Summit Meeting in Depression. Saya bersama salah satu rekan dari Indonesia bersama-sama dengan para psikiater dari berbagai negara Eropa mengikuti acara yang berlangsung dua hari ini di Hotel Le Meridien,Etoile, Paris. Kunjungan ke Eropa untuk melakukan seminar kali ini adalah kunjungan pertama saya karena selama ini saya lebih rutin ke Amerika Serikat untuk memperbarui pengetahuan saya khususnya di bidang Psikosomatik Medis.
Satu hal yang menarik yang mungkin bisa saya ceritakan kepada pembaca di sini adalah tentang gejala yang biasanya muncul dan dialami oleh pasien-pasien di Eropa dibandingkan mungkin di Amerika Serikat. Hal ini terungkap dalam pemaparan kasus-kasus Depresi yang didiskusikan pada saat acara summit meeting ini.
Anhedonia
Gejala Anhedonia atau ketidakmampuan menikmati sesuatu hal yang awalnya dinikmati adalah salah satu gejala yang sering diungkapkan pada pemaparan kasus-kasus depresi di acara summit ini. Beberapa psikiater yang mengungkapkan kasus-kasus pasien mereka menekankan anhedonia sebagai salah satu gejala yang penting yang dianggap menjadi salah satu faktor penentu juga keberhasilan terapi.
Hal ini agak sedikit berbeda dengan apa yang saya dengar dan dapatkan dari kasus-kasus yang biasanya diungkapkan psikiater-psikiater di Amerika Serikat tentang pasien-pasiennya. Ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu karena kelelahan adalah salah satu gejala depresi yang paling sering dikaitkan dengan kasus-kasus depresi yang dialami oleh orang Amerika Serikat. Tentunya gejala Anhedonia juga terdapat namun tidak menjadi fokus karena bagi mereka yang menjadikan sulit adalah ketika seseorang tidak mempunyai tenaga untuk melakukan aktifitas kerja sehari-hari. Ketidakmampuan menikmati hobi bukan menjadi salah satu faktor yang penting. Yang penting adalah bisa bekerja dan mempunyai tenaga untuk itu.
Beda Sudut Pandang
Saya hanya mencoba untuk menganalisis bagaimana penekanan untuk satu kondisi gangguan jiwa bisa bermakna berbeda dalam segi penekanan gejala. Betul memang harus dipahami bahwa walaupun diagnosisnya sama misalnya Gangguan Depresi Mayor, gejala yang dialami pasien bisa berbeda. Secara klasik keluhan depresi yang utama adalah Mood atau suasana perasaan yang menurun, hilangnya minat atau rasa putus asa dan psikomotor yang menurun. Kalau dilihat dari gejala yang dikeluhkan maka ketiga gejala klasik tersebut biasanya terdapat pada pasien depresi hanya saja mungkin penekanan gejala mana yang menonjol itu juga terkait individu masing-masing.
Saya menjadi berpikir apakah karena karakter budaya dan latar belakang sehingga orang Eropa lebih mengutamakan gejala Anhedonia dan orang Amerika lebih mengutamakan gejala psikomotor atau yang terkait dengan kelelahan dan ketidakmampuan bekerja. Memang jika dilihat suasana di Eropa dalam hal ini Paris agak sedikit berbeda dengan suasana di Amerika. Paris terlihat lebih santai. Jamuan makan malam pun lebih formal dan lama, banyak diisi oleh ngobrol-ngobrol. Sedangkan ketika di Amerika Serikat, semuanya agak lebih cepat dan makan buat sesuatu yang bisa untuk berlama-lama.
Tapi tentu ini belum bisa menyimpulkan karena saya baru melihat satu kota di Eropa sedangkan masih banyak pula yang belum dieksplorasi. Namun demikian penekanan gejala yang berbeda di kedua benua ini membuat kita semakin menyadari bahwa hubungan kultural dan latar belakang suatu masyarakat tersebut akan berhubungan juga dengan karakter gejala yang ditampilkan dalam diri pasien-pasien yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Bagaimana dengan Indonesia? Sepertinya perlu juga untuk mengadakan penelitian terkait hal ini yang tentunya didapatkan dari kasus-kasus yang ada dalam praktek sehari-hari. Semoga tulisan ini bermanfaat. Salam Sehat Jiwa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar