Gejala Jantung Berdebar Itu Selalu Sakit Jantung???
Oleh : dr.Andri,SpKJ,FAPM
Kemarin di hari kedua acara Academy of Psychosomatic
Medicine meeting di Fort Laudardale, Florida ada salah satu pembahasan yang
sangat sering saya temukan dalam praktek sehari-hari. Pembicara yang berasal
dari Belanda ini berbicara tentang keluhan panik pada pasie dengan nyeri dada
yang bukan jantung (non-cardiac chest pain) yang datang ke unit gawat darurat. Kebanyakan
pasien yang datang ke unit gawat darurat dengan keluhan ini sebenarnya tidak
mengalami gangguan jantung yang serius.
Data mengatakan bawah 50-90% pasien yang datang dengan
keluhan nyeri dada didiagnosis dengan nyeri dada yang tidak melibatkan jantung.
Lebih dari setengah pasien ini akan terus mengatakan adanya nyeri setelah
pulang perawatan dan tetap khawatir akan adanya penyakit jantung yang serius.
Kondisi
ini secara langsung meningkatkan angka kebutuhan perawatan, pemeriksaan dan
terapi terutama di unit gawat darurat.
Jika melihat hasil data penelitian yang disampaikan , sejak
tahun 1993, 2003, 2008 sampai dengan 2011 maka terjadi peningkatan kasus
gangguan panik di unit gawat darurat dari hanya sekitar 18% lalu menjadi 22%,
36% dan akhirnya 44%. Ini menandakan semakin tahun kondisi ini semakin banyak
dialami oleh masyarakat di tempat penelitian ini diadakan. Sayangnya di
Indonesia data seperti ini tidak ditemukan.
Peran Dokter
Pasien datang dengan keluhan di daerah dada tentunya
kebanyakan akan berpikir jantungnya bermasalah. Apalagi jika dengan kondisi
nyeri dan berdebar-debar. Walaupun pada banyak pendapat anekdot ahli yang
mengatakan kalau jantungnya berdebar kencang artinya jantungnya sangat sehat,
tetapi hal ini tidak bisa menentramkan pasien. Beberapa kasus serangan panik
dari pengalaman pasien sering kali didiagnosis dengan gangguan lambung saat
keluar dari unit gawat darurat.
Penelitian yang ditampilkan kemarin ini lebih mengedepankan
seberapa banyak gangguan panik didiagnosis oleh dokter di unit gawat darurat
pada pasien-pasien yang datang dengan nyeri dada.
Penelitian dengan design retrospective consecutive cohort
dri Januari 2013 sampai April 2013. Pasien yang diambil adalah pasien yang
mengalami nyeri dada dan jantung berdebar dan datang ke unit gawat darurat di
Rumah Sakit Pendidikan di Amsterdam, Belanda. Hasil akhir penelitian ini
dianalisis oleh peneliti independen.
Hasilnya dari 530 pasien yang datang dengan keluhan nyeri
dada dan berdebar-debar, 367 (69%) di antaranya mengalami keluhan-keluhan nyeri
dada yang tidak berkaitan dengan jantung. Janya 24 pasien (7%) yang mengalami
masalah psikososial yang nyata berkaitan dengan keluhannya tersebut. Dua pasien
di antaranya mengunjungi unit gawat darurat berulang lebih dari 50 kali.
Penelitian ini menemukan bahwa dokter di unit gawat darurat
ketika menemukan adanya keluhan jantung berdebar dan nyeri dada yang tidak berkaitan
dengan masalah jantung tidak langsung terpikir adanya masalah dengan gangguan
panik. Hal ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menggunakan metode
yang sama. Penelitian ini juga mengisyaratkan bahwa pelatihan para dokter unit
gawat darurat tentang deteksi gangguan panik dan gejalanya di unit gawat
darurat harus diadakan dan kemampuannya ditingkatkan. Hal ini karena
ketidakmampuan mendiagnosis masalah gangguan panik ini bisa mengarah ke
penggunaan pelayanan kesehatan yang tinggi.
Jika melihat hasil tersebut, saya mengatakan bahwa apa yang
terjadi di Indonesia juga tidak jauh berbeda. Gangguan panik sering tidak
menjadi diagnosis ketika pasien datang dengan keluhan debar-debar dan nyeri
dada. Kebanyakan kasus seperti ini akan keluar dengan diagnosis gangguan
lambung termasuk yang sekarang sedang banyak adalah GERD atau Gastro intestinal
reflux disorder.
Semoga laporan ini bermanfaat. Salam Sehat Jiwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar