Saya bersama istri saat berfoto bersama ini mempersepsikan sesuatu yang positif, suatu impian untuk bisa bulan madu kembali sambil melihat salju yang sesungguhnya di Mount Titlist, Swiss suatu waktu nanti (walaupun salju bisa ditemukan juga di beberapa negara termasuk Indonesia. Tetapi keinginan saya memang membawa istri berbulan madu kembali keliling Eropa dan melihat salju di Mount Titlist). Kami memandang pemandangan di TransSnow Bekasi itu seolah-olah kami sedang berada di Mount Titlist. Kita mungkin mengistilahkannya dengan kata "membayangkan".
Seperti biasa kalau kita berpikir positif di otak kita, maka akan ada lawan pikiran negatifnya. "Apakah bisa tercapai impian itu?", "Kapan waktunya yang tepat karena anak-anak masih kecil", "Apakah anak-anak bisa ditinggal dengan asisten saja di rumah, atau bisa minta bantuan orang tua?" dan berbagai pikiran negatif yang bisa muncul yang bisa melawan pikiran positif ingin mengajak istri kembali bulan madu.
Fokus pada Hal Positif
Seperti kata buku yang saya baca "Resilient" walaupun dalam sehari kita mendapatkan 9 (sembilan) peristiwa positif dan satu peristiwa negatif, maka otak kita cenderung akan memikirkan hal negatif dulu sebagai suatu mekanisme pertahanan yang selama ini kita bangun: selalu berjaga-jaga untuk hal yang negatif.
Seperti kata buku yang saya baca "Resilient" walaupun dalam sehari kita mendapatkan 9 (sembilan) peristiwa positif dan satu peristiwa negatif, maka otak kita cenderung akan memikirkan hal negatif dulu sebagai suatu mekanisme pertahanan yang selama ini kita bangun: selalu berjaga-jaga untuk hal yang negatif.
Ini adalah hal yang lumrah ternyata karena memang otak kita bekerja dengan mekanisme seperti itu. Bahkan tanpa sengaja kita memang terus memberikan asupan ke arah yang lebih negatif daripada ke positif dalam banyak hal yang kita lakukan, terkadang sebenarnya hal itu untuk berjaga-jaga saja.
Ternyata kondisi ini sudah "dibangun" oleh otak kita yang sudah berevolusi sejak dulu kala, sejak jaman nenek moyang kita yang manusia purba yang masih mengembara dan berburu untuk mendapatkan makanan.
Saat mereka harus selalu bersiap sedia terhadap segala mara bahaya di depan yang bisa sekali-kali muncul. Mereka bisa saja tidak makan sehari tapi kalau kehilangan kewaspadaan sekali saja mereka bisa tidak hidup dan tidak akan makan lagi selamanya.
Membangun Kebiasaan Positif
Lalu bagaimana mengarahkan pikiran kita ke arah yang positif? Salah satunya adalah dengan melakukan hal-hal atau perbuatan yang positif baik oleh pikiran dan perilaku kita. Kita bisa membangun pikiran yang positif terus menerus secara sadar.
Lalu bagaimana mengarahkan pikiran kita ke arah yang positif? Salah satunya adalah dengan melakukan hal-hal atau perbuatan yang positif baik oleh pikiran dan perilaku kita. Kita bisa membangun pikiran yang positif terus menerus secara sadar.
Saat bangun di pagi hari, kita berpikir dan berkata di dalam hati, "Semoga semua makhluk di alam semesta ini memperoleh kebahagian" ini adalah salah satu cara melakukan hal yang positif dengan PIKIRAN. Setelah itu kita bisa melakukan hal positif yang sangat banyak contohnya sehingga saya tidak perlu contohkan.
Tentunya membangun kebiasaan ini juga perlu waktu. Hingga banyak orang mengatakan bahwa berpikir positif itu tidak semudah membalikan telapak tangan walaupun mungkin juga susah membalikan telapak tangan kalau terjadi kelemahan bagian tubuh akibat stroke.
Jadi ada baiknya memang kita selalu menyadari bahwa pikiran positif ini dibangun dengan proses bukan dengan segera. Semoga tulisan ringan ini bermanfaat.
Salam sehat jiwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar